Tiga
kilometer dari kota Sengkang, kami menuju kecamatan Tanasitolo,
tepatnya di Desa Pakanna. Suara khas mulai terdengar di sepanjang jalan
di desa ini. Melewati toko Roti Maros (Kuliner Roma), suara khas itu
semakin jelas terdengar. Ya, itulah suara khas dari alat tenun
tradisional yang hampir setiap rumah memilikinya. Biasanya kaum
perempuan di desaku melakukan penenunan di sela-sela kesibukan mengurus
rumah tangga dan mendidik anak. Selain dikerjakan sebagai home
production, beberapa pengusaha juga menyediakan ruang dan peralatan
secara khusus untuk penenunan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), dan
merekrut tenaga penenun. Inilah desaku, sentra penghasil kain sutra
terbesar di Kabupaten Wajo bahkan menjadi pemasok utama kain sutra di
Indonesia. Bukan tanpa alasan kotaku dijuluki “Sengkang Kota Sutra”. Di
daerahku terdapat sekitar 4.982 orang perajin gedokan dengan jumlah
produksi sekitar 99.640 sarung per tahun dan perajin Alat Tenun Bukan
Mesin (ATBM) berjumlah 227 orang dengan produksi sekitar 1.589.000 meter
kain sutra pertahun. Khusus untuk pemintal benang sutra sebanyak 91
orang, sedangkan 301 kepala keluarga bergerak dibidang penanaman murbei
dan pemeliharaan ulat sutra, dengan produksi 4.250 kilogram benang
pertahun. Berikut beberapa gambar yang saya abadikan :
corak sutra dan alat tenun tradisional |
Peminat sutra dari desa pakanna bukan hanya dari dalam kabupaten Wajo, di luar wajo bahkan di luar Sulawesi sutra dari sengkang memiliki banyak peminat. Di desa pakanna ini terdapat kampung sutra yang disponsori oleh BNI. Di sana berjejeran rumah-rumah penduduk yang memproduksi kain sutra dengan alat tenun bukan mesin atau ATBM. Di sini wisatawan dapat menyaksikan berbagai macam kegiatan seperti proses pewarnaan, penenunan, hingga menjadi kain sutra. Proses pembuatan kain sutera sudah lama menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Wajo. Di kawasan ini juga terdapat banyak showroom yang menjual berbagai macam hasil tenun sutra. Kampung sutra ini akan dijadikan objek wisata unggulan selain danau tempe.
suasan di perkampungan sutra pakkana |
beberapa showroom yang menawarkan hasil tenun sutra |
Permintaan pasar sutra di Kabupaten Wajo sendiri mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Salah satu alasan mengapa bahan sutra
tumbuh dan berkembang di daerah ini mengingat peminat kain sutra bukan
hanya dikalangan wanita tetapi kalangan pria pun gemar menggunakan bahan
sutra. Karena disetiap perhelatan seperti pesta adat ataupun pernikahan
masih didominasi oleh bahan sutra. Ada kebanggan tersendiri ketika
mengenakan pakaian berbahan sutra. Telah banyak prestasi yang diraih
oleh pengusaha sutra di daerahku. Untuk kesekian kalinya pengusaha sutra
di Kabupaten Wajo meraih penghargaan langsung dari Presiden RI, bapak
Susilo Bambang Yudhoyono. Para pengusaha tersebut masing-masing adalah
Salfa Silk Suardi yang menerima penghargaan Upakarti Jasa Kepeloporan
dan Sutra Indah menerima penghargaan Prima Mutu yang masing-masing
diberikan oleh Presiden Republik Indonesia.
Bupati Wajo H.Andi Burhanuddin Unru akan terus mengupayakan pembinaan bagi para kelompok pengrajin sutra yang ada di setiap kecamatan demi perkembangan sutra di kabupaten Wajo. Dan semoga para pengrajin sutra di daerahku dapat lebih sejahtera dan sutra wajo dapat lebih dikenal lagi.
Bupati Wajo H.Andi Burhanuddin Unru akan terus mengupayakan pembinaan bagi para kelompok pengrajin sutra yang ada di setiap kecamatan demi perkembangan sutra di kabupaten Wajo. Dan semoga para pengrajin sutra di daerahku dapat lebih sejahtera dan sutra wajo dapat lebih dikenal lagi.
#kalau mau beli kain sutera yang murah tapi tidak murahan silahkan Ke Kota Sengkang guyysss!!
sumber : http://needmoreintelligent.blogspot.co.id/2013/04/kampung-sutra-pakkanna-objek-wisata.html
No comments:
Post a Comment